Getah merupakan makanan pokok dalam rehabilitasi Kukang Endemik Bangka (Nycticebus bancanus) di Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Alobi Kepulauan Bangka Belitung, Kampoeng Reklamasi air jangkang.
Nycticebus bancanus merupakan salah satu spesies primata nokturnal yang tergolong langka dan memiliki sebaran terbatas di wilayah Sumatera bagian selatan, khususnya Pulau Bangka. Keberadaan Nycticebus bancanus di alam liar semakin terancam akibat fragmentasi habitat, perburuan, dan perdagangan ilegal, sehingga status konservasinya dikategorikan sebagai “Rentan” (Vulnerable) oleh IUCN Red List, dan termasuk dalam Apendiks I CITES—yang berarti spesies ini dilarang untuk diperjualbelikan karena hampir punah.
Dalam habitat alaminya, Nycticebus bancanus dikenal sebagai pemakan getah (gummivore) dan serangga (insectivore). Getah dari pohon tertentu seperti Acacia, Albizia, dan Ficus menjadi komponen utama dalam pola makannya. Getah ini tidak hanya menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi utama, tetapi juga mendukung mikrobiota usus serta memperkuat sistem kekebalan tubuh. Kebutuhan nutrisi dari getah sangat berkaitan dengan aktivitas nokturnal kukang, di mana ia menghabiskan malam untuk memanjat pohon dan menggaruk kulit batang guna merangsang keluarnya getah, yang kemudian dijilat secara perlahan.
Perilaku nokturnal kukang Bangka merupakan bentuk adaptasi alami yang sangat penting untuk kelangsungan hidupnya di alam liar. Dengan beraktivitas pada malam hari, kukang dapat menghindari tekanan dari predator yang lebih aktif di siang hari, serta mengurangi persaingan dalam mencari makanan. Malam hari juga menjadi waktu yang optimal bagi kukang untuk mencari getah pohon, karena pada saat itu proses eksudasi (pengeluaran getah) dari batang pohon lebih mudah diakses akibat kelembapan udara yang lebih tinggi dan suhu yang lebih stabil.
Aktivitas malam kukang mencakup gerakan perlahan namun pasti saat memanjat pohon, menggaruk kulit batang menggunakan gigi depan atau kuku untuk merangsang keluarnya getah, lalu menjilatnya dengan lidah secara perlahan. Pola ini mencerminkan strategi adaptif yang sangat efisien, di mana kukang mampu memperoleh nutrisi tanpa mengandalkan kecepatan atau kekuatan seperti satwa lain. Oleh karena itu, pemberian getah dalam program rehabilitasi di PPS ALOBI disesuaikan tidak hanya dari segi jenis tanamannya, tetapi juga waktu pemberiannya agar menyerupai ritme alami kukang di habitat aslinya.
#wildliferescue #endemic #bangkabelitung #kukang #Nycticebusbancanus #kukangbangka #ppsalobibabel
English version
“Preserving the Last of Their Kind: The Endemic Slow Loris of Bangka Island”
Sap as a Staple Diet in the Rehabilitation of Bangka Endemic Slow Loris (Nycticebus bancanus) at Alobi Wildlife Rescue Center, Kampoeng reklamasi Air Jangkang, Bangka Belitung.
Sap serves as a primary food source in the rehabilitation of the Bangka endemic slow loris (Nycticebus bancanus) at the Alobi Wildlife Rescue Center, located in the reclamation area of Air Jangkang, Bangka Belitung. Nycticebus bancanus is a rare nocturnal primate species with a limited distribution range in southern Sumatra, especially in Bangka Island. Its existence in the wild is increasingly threatened by habitat fragmentation, poaching, and illegal wildlife trade. As a result, the species is listed as “Vulnerable” on the IUCN Red List and included in Appendix I of CITES, which strictly prohibits any form of trade due to its high risk of extinction.
In its natural habitat, Nycticebus bancanus is known as both a gummivore (sap-eater) and insectivore. Sap from specific trees such as Acacia, Albizia, and Ficus constitutes a major part of its diet. This sap not only provides carbohydrates as an essential energy source but also supports gut microbiota and strengthens the immune system. The nutritional demand for sap is strongly linked to the loris’s nocturnal behavior, where it spends the night climbing trees and scraping the bark to stimulate sap flow, which it then slowly licks.
The nocturnal behavior of the Bangka slow loris is a key adaptive strategy crucial for its survival in the wild. By being active at night, the loris avoids predation from diurnal predators and reduces competition for food. Nighttime also provides ideal conditions for sap harvesting, as higher humidity and stable temperatures enhance the tree’s sap exudation process.
Their nighttime activity involves slow yet deliberate movement while climbing trees, using their front teeth or claws to scrape the bark and induce sap flow, which is then consumed gradually with their tongue. This behavior reflects an efficient adaptive strategy, enabling them to obtain nutrition without relying on speed or strength like many other animals. Therefore, in the rehabilitation program at Alobi Wildlife Rescue Center, the provisioning of sap is adjusted not only in terms of the type of tree species but also in the timing of feeding to mimic the loris’s natural rhythm in the wild.
#wildliferescue #endemic #bangkabelitung #kukang #Nycticebusbancanus #kukangbangka #ppsalobibabel
Writter : Nuriyani Apriza
Editor : Langkah Sani